Haul Masayikh dan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani “Ki Buyut Bentul bin Buyut Kati”


Kresek, tangraya

Haul Makom Karomat Ki Buyut Bentul bin Buyut Kati yang berada Kampung Kitamu Desa Kemuning Kecamatan Kresek kembali mengadakan acara “Haul Masayikh dan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani”. Seperti penuturan beliau Abuya Syamsul, dalam sambutannya, pada sesi itu beliau menjelaskan acara Haul ini sudah menjadi rutinan setiap akhir bulan Syawal (21/11/202)

Pada acara tersebut beliau juga mengajak para hadirin untuk berdzikir bersama – sama demi barokah yang melimpah. Beliau mengibaratkan demikian seperti halnya makan bersama, “Wong mangan dhewe niku barokahe kurang, sedangkan mangan bareng – bareng saeblek Insya Allah barokahe tambah (red.Jika kita makan sendirian itu Barokahnya sedikit, tetapi jika makannya kita bersama – sama, Insya Allah Barokahnya banyak) Begitu juga dengan berdzikir.” Ungkap beliau.

Oleh sebab itu Abuya Syamsul mengajak para hadirin untuk senantiasa berdzikir bersama dalam satu majelis. Walau kondisi saat ini sedang Covid -19, namun untuk menjaga tradisi,tetap mengadakan acara ini. Kali ini berbeda dari biasanya, agar seluruh jema’ah tetap berkhidmat dalam dzikir bersama,

Acara Haul dan Manaqib ini dimulai sejak terbit matahari hingga pukul 14.00 WIB. dihadiri oleh berbagai tokoh ulama, dzuriyah, Habib dan para Kyai, anggota organsasi masyarakat (red.Pendekar Banten, BPPKB) Dengan kompak para hadirin pun berpakaian putih bersih, dilengkapi masker dengan style social distancing, semua ini berlaku demi menaati peraturan yang ada. Dari berbagai kendala yang datang, dengan kerjasama yang apik dari seluruh panitia, acara terlaksana dengan suksesnya.

Acara ini berisikan pembacaan manaqib kemudian dilanjut Mau’idzoh hasanah yang langsung dibawakan oleh KH.Mukhron. Hingga selesai do’a dimunajatkan, panitia menyiapkan ratusan nampan untuk disantap bersamaan. Suasana saat perayaan besar seperti ini, membuat solid kian menguat. Bukan saja keraketan para Jama’ah namun keharmonisan para ‘alim ulama pun menjadi momen emas yang tak terlupakan.

Dalam Mau’idzoh Hasanahnya, KH.Mukhron menyampaikan beberapa pesan. Beliau menjelaskan bahwa berkumpul berdzikir di tempat yang mulia adalah sebuah kenikmatan, dan berkhidmat didalamnya membuka pintu kemuliaan untuk manusia.Dirinya juga menekankan betapa beruntungnya dapat mengikuti majelis seperti ini,”ungkapnya

Beliau juga mengajak untuk berpegang pada tiga perkara: Pertama, لا نجات من الموت (Semua yang bernafas tidak akan selamat dari kematian). Tidak ada satu pun makhluk yang bisa lari dari kematian, jika waktunya mati maka matilah ia.

Kedua, لا رحت فى الدنيا (Dunia bukan tempat untuk bermalas-malasan). Jikalau anda ingin sukses wajib hukumnya untuk berijtihad. Karena setiap manusia yang bersunguh-sungguh maka akan ia dapatkan cita – citanya. Di dunia tempat kamu berjuang, sedang di surga kelak adalah peristirahatan terbaikmu.

Ketiga, لا سلمه من الناس (Tidak ada yang selamat dari gunjingan manusia). Sebaik apapun dan seburuk apapun manusia, pasti ada yang pro dan kotra dengan kehadirin kita, kita tidak bisa menghindar dari penilaian orang lain, maka jangan bebani hidupmu dengan memikirkan gunjingan mereka.” Jelas beliau, sekaligus menjadi akhir dari mau’idzoh hasanahnya.

Melalui apa yang disampaikan KH. Mukhron menyadarkan para Jama’ah untuk senantiasa selalu berdzikir bersama, walau tidak di pondok pun tetap mengamalkan dzikir, juga membuat para pendengarnya lebih semangat lagi dalam menjalani kehidupan, termotivasi untuk selalu berjuang untuk mencapai kesuksesan, khususnya dalam hal “Tholabul ilmi,”pungkasnya

(Ari Ariyanto/neni/devis/tr)

Berita Terkait

Top